Leader's Beacon: 3 Prinsip Utama dalam Membangun DevOps Team

Dalam teknologi informasi, DevOps (Development and Operations) adalah sebuah pendekatan atau metode yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan kecepatan pengembangan software dengan memadukan tim pengembang (developer) dan tim operasi (operations). Membangun tim DevOps yang kuat dan efektif dapat menjadi tantangan tersendiri bagi organisasi, karena membutuhkan kerjasama tim yang solid dan pemahaman yang baik terhadap prinsip-prinsip dasar dalam DevOps.

Kita semua tahu bahwa proses pengembangan aplikasi itu rumit, karena bisa jadi melibatkan banyak pihak, bahkan untuk perusahaan "World-Class" dalam pengembangan aplikasi melibatkan ratusan hingga ribuan orang. Bisa dibayangkan bagaimana rumitnya proses tersebut.

Selain dari keterlibatan pihak, terdapat juga beberapa kekhawatiran lain yang menghantui selama proses pengembangan aplikasi, seperti arsitektur, proses yang masih manual, dan tim yang saling tertutup bisa menjadi bottleneck, sehingga mengakibatkan keterlambatan dan ketidakefisiensian dalam proses penyajian aplikasi.

DevOps merupakan kombinasi dari filosofi culture, praktik, dan tools. Kultur atau budaya yang di maksud adalah dengan menghilangkan hambatan yang terjadi ketika proses pengembangan aplikasi dan menerapkan berbagi tanggung jawab yang sesuai ke masing-masing tim. Praktik bertujuan untuk mencapai kecepatan dan kualitas proses pengembangan aplikasi, yakni dengan meringkas prosedur dari masing-masing tim bekerja.

Tools yang dimaksud adalah memanfaatkan peralatan atau aplikasi yang memudahkan proses pengembangan aplikasi sehingga mengurangi pekerjaan manual yang berulang (otomatisasi) yang membuat proses rilis menjadi lebih efisien.

Sebagai DevOps Engineer, ada 3 prinsip utama yang harus dipelajari:

The First Way: Prinsip Terkait Alur Kerja

Prinsip ini memiliki pemahaman untuk mempercepat penyajian pekerjaan dari Development ke Operations dan selanjutnya diteruskan ke pengguna. Perusahaan membutuhkan alur kerja yang cepat dan lancar dalam proses pengembangan aplikasi, mulai dari penulisan kode oleh Developer (Development), penyiapan infrastruktur dan proses deploy aplikasi oleh Operations hingga akhirnya diterima oleh pengguna (Customer) dan terasa manfaat atau nilai dari aplikasi/fitur/pembaruan perangkat lunak tersebut.

Terdapat beberapa metode untuk meningkatkan alur kerja dalam proses pengembangan aplikasi, yaitu membuat pekerjaan menjadi "tampak", membatasi work in process, mengurangi skala batch yang dikerjakan, memangkas jumlah handoff, serta mengidentifikasi dan memperbaiki hambatan/batasan yang ada secara continue.

Tujuan dari prinsip ini adalah mengurangi waktu yang diperlukan untuk perubahan/update aplikasi dan meningkatkan keandalan dan kualitas layanan tersebut.

The Second Way: Prinsip Terkait Umpan Balik (Feedback)

Jika the first way menjelaskan tentang prinsip yang memungkinkan alur kerja yang lancar dan cepat dari Development ke Operations, the second way ini mendeskripsikan prinsip yang memungkinkan feedback (umpan balik) yang cepat dan konstan dari Operation ke Development. Tujuannya adalah untuk menciptakan sistem kerja yang lebih aman dan tangguh.

Hal ini sangat penting ketika bekerja dalam sistem yang kompleks, kita harus bisa mendeteksi masalah (potensi masalah) sedini mungkin, dan segera menyampaikan feedback agar dapat langsung diperbaiki sebelum masalah menjadi semakin melebar dan akhirnya dapat berimbas ke seluruh sistem.

Ketika terjadi kegagalan atau insiden, anggaplah sebagai kesempatan untuk belajar, bukan sebagai penyebab hukuman atau kesalahan. Karena untuk mencapai semua itu adalah dengan menjelajahi sifat dari sistem yang kompleks dan bagaiman membuat sistem menjadi lebih aman.

Menciptakan feedback (umpan balik) yang cepat sangat penting untuk mencapai kualitas, keandalan dan keamanan dalam alur kerja pengembangan aplikasi. Ketika muncul masalah, swarming dan problem solving dilakukan untuk membangun pengetahuan baru, mendorong tanggungjawab dan pengambilan keputusan di tempat asalnya (di mana pekerjaan tersebut dilakukan) serta terus mengoptimalkan alur kerja pengembangan aplikasi.

The Third Way: Prinsip Terkait Proses Belajar dan Eksperimen yang Berkelanjutan

Pembahasan yang ketiga adalah the third way, yakni prinsip terkait proses belajar dan eksperimen yang berkelanjutan. Prinsip ini menjelaskan tentang cara memupuk culture untuk mendorong proses belajar dan eksperimen yang berkelanjutan. Selain itu, prinsip ini juga menanamkan pemahaman bahwa cara untuk menguasai sesuatu adalah melalui pengulangan dan berlatih terus-menerus.

Tentu kita semua tahu bahwasanya eksperimen yang dilakukan terus-menerus bukanlah hal yang mudah untuk dilestarikan sebab membutuhkan keberanian dalam pengambilan risiko dan kelapangan hati dalam belajar (baik dari jika berhasil maupun gagal).

Proses pengambilan risiko biasanya adalah sesuatu yang sebisa mungkin dihindari oleh bisnis. Namun sebaliknya, justru eksperimen dan pengambilan risiko adalah hal yang bagus bagi IT karena memungkinkan kita untuk senantiasa meningkatkan sistem kerja.

Proses eksperimen ini sering kali mengharuskan tim untuk berani melakukan hal-hal di luar kebiasaan mereka selama ini. Ini merupakan hal yang bagus. Karena, ketika terjadi kesalahan atau kegagalan, tim bisa memperbaikinya dan belajar dari kesalahan/kegagalan tersebut. Dengan begitu, tim bisa lebih cekatan dalam mengembangkan aplikasi dan terhindar dari kegagalan yang berulang. Bila seandainya terjadi kesalahan yang tak diinginkan, tim akan mengerti apa yang harus dilakukan dan mengurangi resiko agar kegagalan tersebut tidak terulang kembali.

Jika kita mampu menerapkan the first way dan the second way, kelak kita akan lebih berani dalam mengambil risiko. Sebab, kita tahu bahwa risikonya takkan terlalu besar (mengingat kita memiliki skala batch pekerjaan yang kecil) dan akan mendapatkan feedback yang cepat mengenai pekerjaan yang kita lakukan. Apabila kita sudah terbiasa melakukan eksperimen dan belajar dari kesalahan, maka akan tercipta kultur untuk selalu ingin berinovasi dan berani dalam mengambil risiko.

Meskipun mendorong budaya belajar dan bereksperimen terus-menerus adalah prinsip dari the third way, hal itu juga terjalin dalam the first way dan the second way. Dengan kata lain, meningkatkan alur kerja dan Feedback (Umpan balik) membutuhkan pendekatan secara iteratif dan ilmiah sesuai tujuan organisasi/perusahaan. Hasilnya tidak hanya kinerja yang lebih baik tetapi juga ketahanan yang meningkat, kepuasan kerja yang lebih tinggi, dan kemampuan beradaptasi organisasi yang lebih baik.

Baca Juga

Ingin mengetahui lebih lanjut terkait leadership lainnya? Kunjungi blog kami di blog kami.