Leader's Beacon: Pentingnya Menyusun Pertanyaan dalam Proses Research

Mengapa Mengajukan Pertanyaan yang Tepat Itu Penting?

Data merupakan aset informasi yang penting dalam proses pencapaian tujuan. Proses pencapaian tujuan ini, seringkali kita sebut dengan metode, entah itu research, making decisions, hingga solving problems. Dalam melakukan hal tersebut, kita memerlukan data informasi yang tepat, guna memenuhi kebutuhan, yang sering menjadi masalah adalah, kita sering melakukan pekerjaan (misal: designing product) dengan data-data terbatas, atau dengan banyak data, namun informasi yang dihasilkan kurang relevan. Hal tersebut juga membuat data yang dihasilkan kurang mewakili keadaan yang sebenarnya.

Dalam problem solving & making decisions, mengajukan pertanyaan yang tepat adalah suatu hal yang krusial, karena informasi yang akan kita terima akan mempengaruhi output dari keputusan yang akan kita ambil. Jadi sudah sewajarnya, kita perlu menempatkan ini sebagai prioritas dalam menentukan keputusan, bukan hanya berdasarkan asumsi.

Namun, pertanyaan pertama yang kita tanyakan, mungkin saja bukan menjadi pertanyaan yang tepat, karena setelahnya akan dipengaruhi oleh informasi-informasi yang kita terima ketika melakukan proses pencarian informasi, dan kita dapat menyesuaikan pertanyaan berikutnya.

Di dalam product design, menyusun pertanyaan-pertanyaan ini merupakan bagian dari fase research, yang mana itu merupakan langkah pertama dalam proses desain, atau kita dapat menyebutnya sebagai product discovery. Proses pertama, dimulai dengan membuat problem statement & menentukan scope pekerjaan.

Kemudian, kita akan mengumpulkan data-data yang diperlukan, dan membuat roadmap untuk menentukan apa saja yang perlu dilakukan untuk mencapai objective. Dari sini, proses product discovery sangat penting, bagaimana kita dapat menghasilkan data & ide yang sesuai dengan objective yang kita tentukan. Karena, ketika kita memulai dengan landasan yang kurang, itu dapat berdampak pada kualitas yang dihasilkan, bisa jadi ketika tidak sesuai ekspektasi, kita akan kembali ke titik awal lagi.

Tentukan Objectives

Hal pertama yang perlu kita lakukan, kita perlu tahu apa yang akan kita buat/capai, dan kenapa kita melakukannya. Tujuan yang  hendak dicapai karena ada kebutuhan, atau masalah yang sedang terjadi. Memastikan masalah yang tepat, juga merupakan salah satu hal penting dalam meningkatkan value dari apa yang hendak kita buat. Jangan sampai, kita membuat sesuatu yang customer sebenarnya pain point (masalah utama) nya bukan hal-hal tersebut.

Di sini kita harus banyak memfilter informasi mana yang penting & perlu dijadikan fokus. Di fase ini, semua orang terlibat perlu memiliki pemahaman yang sama, dari stakeholders, hingga role-role lain yang terlibat, kita semua harus membaca di halaman buku yang sama.

Dalam menentukan objective, akan banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang muncul guna memahami informasi dari tiap role-role terlibat, misalnya dari role teknis ingin lebih tau mengenai sudut pandang bisnis atau dari sudut pandang lainnya.

Dengan begitu banyak pertanyaan, bagaimana kita tahu pertanyaan mana yang tepat? Kita perlu menghindari tipe pertanyaan "leading question" seperti:

“Apakah Anda lebih suka dashboard dengan warna terang atau gelap?”

“Apa yang Anda pikirkan mengenai fitur ini?”

Melayangkan pertanyaan serupa, hanya akan menghasilkan solusi yang spesifik yang hanya kita inginkan, bahkan tidak dapat menyelesaikan masalah sepenuhnya. Sebagai gantinya, kita dapat menanyakan pertanyaan seperti:

“Apa masalah yang Anda hadapi dalam mengirimkan sebuah email?”

“Bagaimana Anda dapat membandingkan analytics tiap email dalam waktu satu bulan?”

Ini dapat membantu kita untuk melihat kembali informasi yang dihasilkan & memastikan ini berorientasi pada user bukan berorientasi pada fitur. Lagi pula, kita mendesain tidak untuk sistem, tapi untuk user.

Ajukan Pertanyaan yang Tepat

Mengajukan pertanyaan yang tepat akan membantu kita dalam memahami informasi lebih baik. Untuk melakukannya, akan butuh proses yang panjang hingga kita menyadari bahwa pertanyaan yang kita ajukan sudah tepat atau belum. Beberapa cara yang dapat kita lakukan antara lain:

  • Menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi.

Agar dapat mengajukan pertanyaan yang baik (tepat), kita perlu terlebih dahulu mengajukan banyak pertanyaan. Misalnya, untuk menghasilkan pertanyaan yang tepat, dibutuhkan 100x pertanyaan yang kita ajukan, dan dengan begitu akan ada di mana kita belajar bagaimana dapat menentukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat. Kita akan terbiasa dengan mindset seperti ini, hingga akhirnya kita tidak perlu menyusun atau mengajukan 100 pertanyaan dahulu untuk menemukan pertanyaan yang tepat.

  • Menjadi pendengar yang baik

Semudah kita fokus terhadap topik yang sedang didiskusikan. Seringkali kita tidak dapat mengikuti topik yang sedang didiskusikan, entah kita terdistraksi dengan notifikasi handphone atau laptop, bahkan kita melakukan diskusi kecil ditengah forum. Jika informasi yang kita dapat tidak sama dengan para audiens lain, lantas bagaimana kita bisa mengajukan pertanyaan yang tepat? Bisa jadi kita akan menanyakan pertanyaan yang sudah ditanyakan.

Breakdown Pertanyaan Inti

Ketika menyusun pertanyaan, coba buat turunan pertanyaan dari pertanyaan kunci. Misal:

“Kenapa Anda menggunakan MTARGET?”

Pertanyaan ini akan menyebabkan jawaban yang terlalu umum dan tidak fokus. Dengan memecah pertanyaan, kita dapat menyusun informasi sesuai dengan kebutuhan atau struktur. Jika kita breakdown pertanyaan di atas, kita dapat menyusunnya sebagai berikut:

“Apa fitur yang membuatmu menggunakan MTARGET?”

“Bagaimana Anda akan menggunakan email marketing?”

Kenapa kita perlu melakukan ini? Kita dapat membuat sequence pertanyaan lebih terstruktur, dan kita dapat mapping/membuat pola proses research berdasarkan jawaban yang dihasilkan. Tentukan key question dalam setiap topik, dan breakdown ke sub-sub pertanyaan.

Ask Open-ended Questions

Hal berikutnya yang perlu kita perhatikan adalah tipe jawaban yang kita terima dari pertanyaan yang kita ajukan. Jika kita mengajukan pertanyaan dengan tipe Yes or No question, maka jawaban yang akan kita dapat hanya diantara kedua pilihan tersebut. Mari kita lihat pada contoh pertanyaan berikut:

“Apakah menurut Anda fitur analytics Email Automation berguna?”

“Bagaimana menurut Anda fitur analytics Email Automation?”

Dari kedua pertanyaan di atas, memiliki maksud yang sama yaitu meminta feedback terhadap fitur yang kita miliki. Namun, pertanyaan pertama diungkapkan secara terbatas (close-ended question), sedangkan pertanyaan kedua lebih terbuka (open-ended question), sehingga memberikan ruang bagi audiens untuk menyampaikan pemikirannya, dan seharusnya ini yang harus kita lakukan.

Open-ended question merupakan salah satu metode yang baik untuk memberikan kebebasan kepada audiens menyampaikan pikiran mereka & mampu memberikan jawaban secara detail, ini akan membantu kita menganalisa lebih dalam terkait informasi yang kita dapat. Cara termudah untuk menyusun pertanyaan ini adalah dengan menanyakan What, Who, dan How, karena ini akan menggiring jawaban yang lebih deskriptif & merinci.

Andika Rosyian- Lead UX Designer

Merancang pertanyaan yang tepat, akan membuat banyak perbedaan dari data informasi yang kita kumpulkan. Informasi yang kita dapat, akan mempengaruhi kualitas dari yang kita hasilkan.

Ingin mengetahui lebih lanjut terkait product research dan cerita leaders lainnya, kunjungi blog kami di sini.