7 Tahap Pembuatan Aplikasi: Dari Riset Hingga Maintenance

Bagi orang awam atau developer pemula, saat mendengar tentang pembuatan aplikasi, mungkin yang terbayang hanyalah serangkaian proses coding. Padahal, lebih daripada itu, tahap pembuatan aplikasi yang sebenarnya sangatlah kompleks. Makanya, para tim developer profesional butuh bantuan project manager untuk mengatur serangkaian timeline-nya.

Apa saja sih tahapan-tahapan itu? Anda akan melihatnya di bawah ini, mulai dari proses riset hingga maintenance setelah aplikasi dijelankan dan digunakan oleh user.

1. Research

Tahapan proses pembuatan aplikasi sebenarnya sangat bergantung pada model kerja masing-masing tim. Tentang siapa yang membutuhkan dan mengerjakan juga turut berpengaruh. Misalnya, jika Anda adalah seorang developer pemula dan ingin membuat aplikasi mobile untuk kebutuhan personal, Anda bisa langsung memulai proses research. Ini dilakukan untuk mencari tahu seperti apa umumnya tampilan dan sistem aplikasi serupa yang Anda inginkan di pasaran saat ini.

Akan berbeda ceritanya jika ternyata Anda tergabung dalam tim developer jasa pembuatan aplikasi. Artinya, Anda membuat aplikasi untuk orang lain, yaitu klien Anda. Pada skenario ini Anda perlu berbicara terlebih dahulu dengan mereka dan menanyakan jenis aplikasi seperti apa yang diinginkan.

Prosesnya bahkan akan lebih rumit jika Anda mengerjakan aplikasi untuk kebutuhan bisnis. Anda perlu melakukan riset kompetitor. Buatlah sedemikian rupa agar aplikasi milik perusahaan atau klien Anda bisa lebih baik dibanding milik kompetitor yang sudah ada saat ini. Hal itu meliputi berbagai sisi, termasuk User Interface (UI) dan User Experiece (UX). UI dan UX mengambil peranan penting dalam produk digital Anda.

Tidak hanya dari segi aplikasi, tren penggunaan tools juga perlu Anda teliti. Bukan hanya soal tools mana yang paling banyak digandrungi, namun mana yang paling sesuai dengan masing-masing kebutuhan yang berbeda. Jika ada tools lama yang ternyata memiliki performa lebih baik dibanding tools baru, mengapa tidak.

2. Requirement Analysis

Nah, setelah Anda tahu aplikasi seperti apa yang hendak Anda buat dan telah mempelajari tren di pasaran saat ini, kini saatnya Anda mendata kebutuhan Anda. Mulailah dari membuat flow chart aplikasi Anda. Gunakan bagan sederhana untuk mengetahui berapa banyak halaman yang harus ada di dalam aplikasi beserta gambaran kasar tentang fitur-fiturnya.

Kemudian lanjutkan dengan tools yang dibutuhkan. Apakah menggunakan satu tools saja cukup, atau Anda perlu beberapa guna mengerjakan bagian yang berbeda. Buatlah agar sedetail mungkin, termasuk rancangan anggarannya.

Sebagai tips, kami menyarankan Anda untuk menggunakan daftar pertanyaan agar bisa mendata kebutuhan secara mendetail tanpa ada yang terlewat. Berikut contohnya.

  • Apakah Anda perlu membuat versi Android dan iOS?
  • Tools apa yang akan Anda gunakan untuk merancang desain aplikasi?
  • Bahasa pemrograman apa yang akan Anda gunakan untuk membuat aplikasi?
  • Tools apa yang akan Anda gunakan untuk coding?
  • Tools apa yang akan Anda gunakan untuk membuat database?
  • Metode transfer data apa yang akan Anda gunakan dalam aplikasi?
  • dst.

3. Design

Tahapan selanjutnya adalah perancangan desain. Sebagai developer, Anda tentu sudah familiar dengan proses ini. Umumnya, para developer menggunakan Figma dan Adobe XD untuk membuat desain tampilan dan juga flow aplikasi.

Anda bisa mempelajari hal-hal mendasar mengenai desain aplikasi ini melalui berbagai sumber di internet. Poin pentingnya adalah bahwa Anda harus menyesuaikan rancangannya berdasarkan keinginan klien jika Anda bekerja untuk mereka. Penting juga untuk menyertakan setiap detail, jika Anda bekerja dengan tim lain agar mereka mudah dalam memahaminya.

4. Implementation

Setelah desain siap, kini waktunya ke tahap implementasi atau pengerjaan. Tahap pembuatan aplikasi yang satu ini adalah apa yang kita sebut dengan coding. Pada tahap ini, front-end dan backend developer akan mengerjakan masing-masing bagiannya. Setelah itu barulah program dapat disatukan dan dijalankan.

5. Testing

Sebelum benar-benar diluncurkan, aplikasi harus diuji terlebih dahulu. Gunanya untuk memastikan bahwa sistem dalam aplikasi bisa berjalan lancar dan tidak akan muncul masalah berarti di masa mendatang. Adapun pengujian yang dilakukan dapat berupa black box testing maupun white box testing.

6. Deployment

Selanjutnya, tahap pembuatan aplikasi dapat lanjut ke deployment alias penerapan. Di sini, apabila hasil pengujian telah tampak bagus, Anda bisa langsung meluncurkan aplikasi. Jika perlu, Anda bisa mengunggah aplikasi ke Google Play Store atau App Store. Jika tidak, Anda bisa langsung menginstalnya di perangkat pengguna terkait untuk kebutuhan pengguna.

7. Maintenance

Sebetulnya, deployment dapat dikatakan sebagai tahapan akhir dari serangkaian proses pembuatan aplikasi. Namun, sebagai developer Anda masih perlu bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi setelahnya. Misalnya jika di kemudian hari ditemukan masalah pada aplikasi, Anda perlu memperbaikinya.

Inilah apa yang kita sebut sebagai tahap maintenance. Ini juga dapat membantu Anda untuk melewati proses pengembangan produk yang Anda miliki. Dengan menganalisa apa yang salah, Anda bisa membuat produk Anda selangkah lebih sempurna dari sebelumnya.

Baca Juga

Itu dia beberapa tahap pembuatan aplikasi yang perlu Anda ketahui, baik sebagai developer maupun user. Dapatkan informasi menarik lainnya seputar pemanfaatan teknologi dalam bisnis dan marketing di blog kami. Jika Anda tertarik bekerja sama dengan kami untuk event management yang membutuhkan aplikasi, kami siap membantu Anda di sini.

(V.V)