Minds Explored: Build Your Engineering Sense with Build and Break Things
Sebagai seorang engineer, tidak hanya saya tapi teman-teman lain pun pasti merasa bahwa pekerjaan utama seorang engineer sesungguhnya adalah untuk membantu orang lain atau lingkungan luar bekerja lebih mudah dan lebih efektif dari sisi engine. Terlepas dari kompleksitas yang terjadi di belakang engine tersebut.
Mungkin saat ini sudah banyak software yang digunakan, tetapi para penggunanya secara sadar maupun tidak sering mengalami kendala. Kendala tersebut adalah sebuah peluang bagi engineer untuk berkembang.
Maka engineer dapat mencari cara untuk mengatasi masalah tersebut. Bisa dengan cara memodifikasi software tersebut, atau dapat dengan membuat sebuah software yang mirip dengan yang sudah ada, bahkan dapat dengan mengkombinasikan kedua cara tersebut. Proses modifikasi, pembuatan, atau pengombinasian yang dilakukan mungkin akan sangat memakan waktu dan melelahkan dalam prosesnya.
Namun, jika dengan cara itu dapat lebih membantu orang lain, maka hal tersebut sangat baik untuk dikerjakan. Itu lah inti dari engineering yang membuat Saya kagum. Merubah produk dasar “A” dan menggabungkannya dengan produk “B” agar dapat menjadi produk “Z” yang lebih berguna dengan menggunakan proses “X”.
Pembuatan software bisa digambarkan dengan bermain Lego, mengumpulkan potongan kecil dan memasangnya hingga menjadi suatu yang lebih berarti. Proses tersebut sama seperti membuat software dimana engineer diberikan pilihan untuk benar-benar membuatnya dari nol, atau menggunakan aplikasi yang sudah pernah dibuat oleh orang lain.
Tetapi ada juga engineer yang hanya bergantung dengan aplikasi yang sudah pernah dibuat oleh orang lain, aplikasi tersebut biasa disebut tools, library atau framework. Sebenarnya sah-sah saja itu dilakukan, karena memang tujuan dari tools yang ada adalah untuk meringankan beban engineer, tapi masalah akan muncul jika para engineer mengalami ketergantungan dengan tools tersebut, dan yang lebih parah tidak mengerti dan tidak mau tau bagaimana proses tools tersebut bekerja.
Akibatnya mereka akan kesulitan jika diminta untuk mencari solusi yang lebih efisien dari apa yang selalu mereka kerjakan. Tools yang sebelumnya dibuat untuk membantu para engineer, berubah menjadi bumerang yang membatasi tingkat kreativitas para engineer itu sendiri. Entah karena mereka nyaman dengan kondisi status quo yang ada ataupun mereka tidak bisa berubah karena ekosistem yang sudah terbentuk.
Pendapat Saya ini mungkin akan terdengar tidak efisien dan mungkin ada yang tidak setuju karena seperti reinvent the wheel. Tapi menurut Saya sebisa mungkin engineer harus mengurangi penggunaan tools tersebut. Memang terdengar berat dan melelahkan, tapi seperti itu proses riset dan salah satu cara agar engineer berkembang. Karena mungkin saja ada roda yang lebih baik dari yang dikenal luas saat ini, tapi belum ada yang sadar ,karena menganggap keluhan pengguna roda yang ada saat ini merupakan hal yang tidak penting untuk ditanggapi dan menganggap orang yang mengeluh tersebut tidak mahir dalam menggunakan roda mereka. Dan jika tidak ada yang pernah mencoba membuat roda, maka kita tahu konsep, latar belakang, serta masalah yang diselesaikan dari roda tersebut.
Engineer itu tidak boleh memandang rendah orang lain, tetapi harus membantu orang lain agar dapat melakukan apa yang bisa dia lakukan. Berbagi adalah hal penting lain yang dapat kita terapkan untuk dapat berkembang lebih jauh. Dengan berbagi pengetahuan kepada orang lain, engineer bisa melihat sudut pandang baru dari suatu masalah, sudut pandang yang mungkin pernah dihadapinya tapi dianggap tidak signifikan tapi orang lain menganggap hal itu serius dan perlu solusi yang solid. Sehingga bukan tidak mungkin dia dapat menemukan solusi yang sangat mencenangkan orang banyak.
Ingin mengetahui lebih lanjut terkait sharing-sharing MPeople lainnya? Kunjungi blog kami di sini!
Rizky Novando - Frontend Developer, MTARGET.