How Being a Product Designer Impacts Everyday Life

Beberapa orang mungkin akan setuju jika apa yang saat ini kita kerjakan sebagai job, tidak semuanya akan bermanfaat ke diri kita sendiri. Tapi ada juga job yang secara tidak langsung mengubah cara pandang dan justru memberikan insight yang menarik. Pada akhirnya, bermanfaat untuk diri sendiri dan dapat kita aplikasikan ke kehidupan sehari-hari.

Sebagai orang yang pernah beberapa kali berganti job dengan gap yang cukup besar, bisa dibilang Product Designer adalah salah satu job yang surprisingly cukup memberikan pengaruh baik di kehidupan sehari-hari saya. Sebenarnya ada beberapa konsep yang baru dapat kita pahami saat kita menjadi seorang Product Designer dan dapat diaplikasikan ke kehidupan sehari-hari. Namun ada satu konsep yang cukup populer di kalangan desainer, yaitu design thinking.

Design thinking menawarkan sebuah framework yang dapat digunakan untuk memecahkan sebuah masalah dengan mengombinasikan antara logika, dan intuisi dengan cara yang sistematik untuk menciptakan sebuah solusi yang tepat sasaran. Proses design thinking mencakup 5 langkah, yaitu emphatize, define, ideate, prototyping, dan test.

Kita akan coba mengimplementasikan design thinking untuk kasus yang mungkin beberapa dari kita pernah merasakannya, yaitu sering bangun kesiangan. Dalam menyelesaikan permasalahan ini, kita akan berpedoman dengan design thinking.

1. Emphatize

Design thinking mengutamakan people sebagai objek utama. Begitu juga sebagai seorang product designer, kita perlu mendesain product yang ditujukan untuk konsumen. Praktisnya, bisa kita mulai dengan mencoba untuk memahami permasalahan.

Dalam kasus seringnya bangun kesiangan, kita bisa mulai dengan mengingat kembali apa saja yang dirasakan saat bangun kesiangan. Di tahap ini, kita coba memahami apa saja yang dirasakan saat mengalami permasalahan tersebut.

2. Define

Setelah kita mendapatkan cukup info dalam memahami sebuah permasalahan, langkah selanjutnya adalah meringkasnya menjadi beberapa poin agar dapat dipahami secara sistematik. Tujuannya tentu untuk mendapatkan cukup informasi yang akan kita olah lagi. Misal tidur terlalu malam, tidak bersemangat untuk bekerja atau bahkan malah suara alarm yang tidak mempan? Mungkin saja.

Di tahap ini, kita mulai menerjemahkan masalah menjadi sebuah poin agar lebih mudah dipahami secara sistematis.

3. Ideate

Di langkah ini, kita akan mencoba untuk menyelesaikan masalah dengan membuat ide sebanyak mungkin dari beberapa poin yang sudah didefinisikan. Membuat ide di sini tidak bertujuan untuk mencari mana yang benar, tapi mencari sebanyak-banyaknya alternatif untuk dieksplor.

Misal di poin tidur terlalu malam, mengakibatkan sering bangun kesiangan. Maka kita bisa membuat ide dengan tidak meminum terlalu banyak kopi, tidak makan saat tengah malam, dan semacamnya. Intinya di tahap ini, kita buat ide yang sebanyak mungkin, seeksploratif mungkin. Dengan banyaknya ide, maka akan semakin memudahkan kita untuk menyelesaikan masalah karena kita jadi bisa dapat memecahkan masalah dengan cara yang variatif.

4. Prototyping

Dari ide yang sudah dibuat, sekarang persempit pilihan dengan mengombinasikan beberapa ide untuk kita mulai bereksperimen. Tujuannya tentu untuk mendapatkan solusi terbaik untuk setiap masalah yang sudah kita identifikasi sebelumnya.

Misal dari beberapa ide yang sudah kita kumpulkan, kita akan merancang sebuah solusi dengan memilih untuk mencoba untuk tidak meminum kopi dan makan makanan berat menjelang tidur agar tidak bangun kesiangan esok harinya.

5. Testing

Setelah kita merancang framework yang akan digunakan, saatnya kita mulai mengujinya! Objektif dalam pengujian ini adalah untuk mendapatkan feedback sebanyak-banyaknya jika sekiranya perlu ada yang perlu dievaluasi atau dibenahi untuk membuat framework yang lebih tepat sasaran. Di sini maka kita bisa mulai menguji dan memilah, ide-ide mana saja yang paling efektif untuk mengatasi permasalahan seringnya bangun siang.

Proses ideasi, prototyping, dan pengujian diulang sampai solusi sudah benar-benar menyelesaikan masalah kita atau dalam kasus products maka sudah memenuhi kebutuhan user. Namun jika memang dari prototype yang sudah dibuat justru menimbulkan masalah baru, tentu kita perlu melakukan emphatize ke masalah-masalah yang akan kita selesaikan.

Itu adalah salah satu contoh penerapan design thinking di kehidupan sehari-hari. Jadi, konsep design thinking ini tidak terbatas hanya dapat kita gunakan dalam lingkup product atau professional, tapi juga kehidupan sehari-hari. Personally, metode ini sangat efektif untuk saya karena

  • Membiasakan diri untuk berpikir secara eksploratif untuk memberikan ide-ide yang variatif dan tidak terbatas.
  • Melatih mendengar sekaligus memahami kebutuhan user agar membuat ide yang tepat sasaran.
  • Meningkatkan kemampuan dalam mempertanyakan segalanya dan berpikir kritis.
  • Memberanikan diri untuk menguji ide dengan hal-hal yang eksperimental.

Quote oleh Yandi Purnama mengenai konsep design thinking yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pada akhirnya, design thinking mampu menciptakan habit untuk diri sendiri di mana kita bisa menciptakan ide-ide yang kreatif, mencoba hal baru, dan gagal secara produktif.

Baca Juga

Ingin mengetahui lebih lanjut terkait sharing-sharing MPeople lainnya? Kunjungi blog kami di sini! Atau subscribe newsletter kami untuk dapat update terbarunya di email Anda.

Yandi Purnama - Product Designer, MTARGET