Bulls Eyes: Product Manager yang Harus Menguasai Segalanya - Pram Kumoro

Memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda dengan apa yang sekarang dikerjakan, bukan menjadi sebuah halangan untuk Pramudono Kumoro, atau lebih akrab disapa Pram, untuk menjadi seorang yang berkutat di product management. Lulus dari Manajemen di Universitas Gadjah Mada, Pram memulai kariernya di BUMN dan perbankan. Namun dia akhirnya memutuskan untuk berpindah tempat ketika melihat peluang lain di sektor pekerjaan yang lain.

Industri hospitality-lah yang menjadi tambatan Pram dalam jenjang kariernya. Tengah naiknya COVID-19 dan AirBnB, dia berusaha untuk membuat homestay di daerah Yogyakarta. Berbeda dari hotel, Pram ingin menjual experience yang lebih lokal. Untuk itu dia merasakan perlunya sebuah aplikasi.

Tapi saat itu, Pram tidak memiliki skill untuk itu. Di sinilah dia berkenalan dengan Binar Academy. Di sana Pram ingin berkenalan tidak hanya karyawan, tapi juga founder dan executive-nya. Di sinilah Pram mulai masuk ke dunia product.

Siapa Itu Product Manager?

Menurut Pram, mindset yang orang product harus miliki adalah agnostic mindset. Ini berarti apapun yang dia lakukan harus bisa diaplikasikan ke semua industri. Hal ini tercermin dari banyaknya pengalaman Pram di berbagai perusahaan dan industri.

Tidak hanya hard skill, seorang product manager juga harus memiliki soft skill yang baik. Hard skill meliputi pengetahuan tentang pekerjaannya seperti coding, dan soft skill meliputi teknik komunikasi dan leadership.

Pram pun mengaku berpindah ke product management bukan karena tahu tentang ini. Tapi karena dia cinta dengan perannya yang dapat memberi impact yang besar ke sebuah perusahaan.

Apa Itu Product-Led Growth?

Sebuah produk pasti punya history. Untuk dapat berkembang dengan teknik Product-Led Growth (PLG), seorang product manager harus dapat menganalisis product yang dia pegang. Lalu harus membuat road map ke depan dan tahu mengapa produk tersebut dibuat. Selain itu juga mereka juga harus mengetahui sumber daya yang bisa digunakan.

Tentu treatment untuk produk kecil dan produk besar berbeda. Dan tidak semua produk bisa dijadikan landasan untuk strategi PLG ataupun mencapai fase PLG, apa lagi beberapa produk di industri tertentu. User persona dan target marketnya pasti berbeda-beda untuk setiap produk.

Mengaku lebih suka berkutat dengan produk kecil, Pram berkata jika produk kecil memiliki impact lebih besar. Sedangkan produk besar memiliki fokus untuk bagaimana user tetap menggunakan produk tersebut. Apalagi produk yang berurusan dengan kehidupan sehari-hari seperti kesehatan dan keuangan, produk-produk ini lebih crucial untuk ditangani.

Tapi juga harus diingat: Role seorang product manager itu sangat mudah digantikan. Jika tidak mencapai target yang di-set, maka dia akan dianggap gagal. Untuk itu, mencapai apa yang ditargetkan adalah kunci keberhasilan dari seorang product manager.

Bangga Menjadi Product Manager

Title orang di product management itu bisa beragam: ada product head, product manager, ataupun product owner dan lain lain. Tapi, “title hanyalah sebuah title,” kata Pram. Karena apa yang dikerjakan itulah yang lebih bangga. “Job description itu bisa berubah-ubah. It’s not a big deal.”

Pram mengaku lebih bangga ketika dia bisa mulai mentoring. Ketika seseorang bertanya dan dia berhasil, itu yang membuat Pram lebih bahagia daripada mendapat tawaran dari sebuah perusahaan.

Pram pun mulai masuk ke komunitas-komunitas kemahasiswaan. “Mungkin secara pendapatan tidak seberapa, tapi prosesnya sangat menyenangkan,” jelas Pram. Dia menginginkan anak muda untuk lebih muncul dan hebat darinya.

Menilai Orang Product

Pram berpendapat bahwa sebenarnya, value seseorang muncul ketika mengobrol di luar lingkungan pekerjaan. CV atau informasi di LinkedIn hanyalah sebuah informasi. Orang akan mempercantik CV dan profil LinkedIn mereka untuk mendapatkan atensi dari perusahaan. Menanyakan kehidupannya, cara berpakaian, atau bahkan cara duduk seseorang dapat memberikan pengetahuan yang lebih dari CV mereka.

Menjadi orang product tidaklah mudah. Mereka dituntut untuk bisa banyak hal. Mulai dari coding dan juga berkomunikasi. “Hard skill itu mudah didapat, yang susah adalah memupuk soft skill,” ungkap Pram. Karena, “A product manager is in the middle of everywhere.”

Menilai dirinya sendiri, Pram mengaku adalah orang yang idealis, gila, dan sosial. Idealis berarti produk yang dibuat harus baik dan jelas tujuannya. Gila berarti dia mau mencoba segala hal dan mengorbankan waktu luang. Dan sosial berarti mau untuk membuat orang lain juga tumbuh.

Untuk lebih lengkapnya, tonton perbincangan kami dengan Pramudono Kumoro di #StoriesWorthTelling - Bulls Eyes episode ini.