Leader's Beacon: Mengubah "Apa Iya Bisa?" Mindset untuk Meningkatkan Potensi Diri

Dari sekian banyak yang lewat di kepala, tema sederhana ini yang kayaknya cocok untuk diambil jadi konten untuk #thoughtleadership kali ini.

Kita sering banget ya merasa begitu dan memang akan gitu terus sih selama hidup wkwkwk.

Tapi kali ini gue mau angkat sebuah sisi dari sebuah kata “apa iya bisa?”

Apa iya bisa itu seperti, apakah di sini ada yang tahu kalau angsa itu sebenarnya ada yang warna hitam loh? Dan secara global itu baru diketahui pada tahun 1697 yang mana sebelumnya orang Eropa pada zamannya berpikir bahwa angsa cuma ada warna putih. Dan sampai sekarang angsa hitam itu termasuk hewan yang sangat langka.

Fakta bahwa ada angsa yang berwarna hitam, mencerminkan bahwa sebuah pengetahuan yang selama ini kita miliki sangatlah terbatas sehingga jika kita menerapkan pemikiran “apa iya bisa?” pada diri kita, kelak kita akan kehilangan kemampuan untuk menggali dan memaksimalkan potensi diri lainnya yang ada pada kita semua. Dan inilah perasaan yang gue alami ketika pertama kali menjadi Customer Success yang harus bisa masuk ke semua jenis customer dan para pengambil keputusan. Apa iya bisa? Mulai saja dulu. Bentuk sebuah mindset baru di kepala supaya pikiran dan tubuh bisa sinkron ketika berpikir dan bertindak.

Berpikir “apa iya bisa?” itu enggak enak, karena kita akan langsung melihat banyak kemungkinan yang akan terjadi di depan mata alias asumsi. Dan asumsi akan menjadi normal ketika kita sudah membuat sebuah analisis prediksi untuk apa yang akan terjadi. Dan di sinilah letak kesalahannya. Hal tersebut tidak akan mengubah ketidakmampuan kita dalam pernyataan “apa iya bisa?”

Pada akhirnya, ketika kita menjadi sebuah pemimpin baik dalam skala besar ataupun kecil, kita harus menjadi contoh kepada orang lain. Perlahan gue mulai mengubah cara berpikir dan bertindak gue menjadi, “Ini pasti bisa.” Tiga hal yang menurut gue penting untuk dilakukan agar kita bisa berpikir lebih optimis dan memaksimalkan potensi diri:

1. Fokus pada Apa yang Dilakukan Saat Ini

Ketika kita menjadi fokus pada apa yang dilakukan saat ini tanpa mengkhawatirkan asumsi yang ada selanjutnya, ini akan mempersempit ruang pandang kita terhadap momen yang ada di depan kita. Dengan cara ini, kita bisa mengurangi beban mental dari sebuah tantangan.

2. Selektif dalam Memutuskan

Banyaknya fakta dari data yang bertebaran yang kita konsumsi sehari-hari membuat kita lebih mudah membenarkan segalanya. Tapi coba ingat apa yang pas pada kondisi saat ini. Pilihlah fakta dengan bijak dan tepat.

3. BISA ≠ HEBAT

Seringnya ketika kita sudah bisa melakukan sesuatu yang tadinya kita sendiri khawatir dengan hasilnya akan membuat kita mudah merasa puas dengan cepat dan merasa lebih hebat ketika akan menghadapi hal yang sama di kemudian hari.

Sang Juara percaya pada dirinya sendiri

Pada akhirnya, kita akan selalu menemukan persimpangan di setiap jalan yang kita lewati. Buang semua pemikiran “apa iya bisa?” kita ketika akan melewati persimpangan di depan. Fokuslah pada yang ada di depan, keluarkan potensi diri terbaik pada setiap hal. INI PASTI BISA kita lakukan dan kelak kita akan tertawa mengingat prosesnya hahaha.

Salam hangat,

Fadlani Suqyan
Lead Customer Success

Baca Juga