Bulls Eyes: Menggabungkan Teknologi dengan Empati - Royyan Dzakiy

Bulls Eyes kini kembali dengan episode baru! Kami mengundang Royyan Dzakiy, Lead Internet of Things (IoT) Engineer di eFishery. Royyan asal Bandung, tapi untuk sekarang tinggal di Skotlandia, adalah lulusan teknik informatika dari ITB yang aktif dalam pengabdian masyarakat, berpartisipasi dalam kegiatan BEM, dan mengikuti lomba-lomba IoT semasa kuliahnya. Royyan mengatakan bahwa dia telah tertarik dengan bidang sensor dan telekomunikasi sejak kecil, dan ia pernah membuat sebuah device untuk mengetahui suara gergaji di hutan. Device ini bisa memberi alarm ketika ada aktivitas ilegal yang terjadi.

Royyan mengaku jika dirinya ingin membantu masyarakat tradisional seperti petani dan nelayan dengan teknologi. Karena menurutnya, membuat sesuatu yang dapat memecahkan masalah banyak orang membuat dirinya lebih semangat ketika membuat produk tersebut. “What makes me happy is when I can directly give social impact,” katanya.

Internet of Things (IoT)

Memberikan contoh kulkas di mana di dalamnya sudah terdapat komputer sederhana yang dapat menghidupkan atau mematikan lampu secara otomatis ketika pintu dibuka atau ditutup, Royyan menjelaskan jika kulkas ini dihubungkan ke internet dan diberi teknologi IoT, dapat meningkatkan kulkas ini dan memberikan data secara banyak seperti pola makan kita.

Berangkat dari situ, Royyan ingin memberikan solusi untuk permasalahan yang ada di agrikultur. Mengapa? “Ya, karena Indonesia adalah negara agrikultur dan juga maritim,” katanya. Royyan ingin membantu para petani dan pelaut karena banyak perusahaan yang tersilaukan dengan cerita-cerita Silicon Valley dari developed country. “We want to create for impact to help others. That’s why IoT.” Bagaimana cara mengembangkannya? Yaitu dengan collective knowledge. Sehingga dapat membantu lebih.

Sumber Inspirasi

Sebagai seorang yang menyukai cerita-cerita Silicon Valley, Royyan banyak mendapat inspirasi dari situ juga, cerita seperti bagaimana komputer pertama muncul, bagaimana processor Intel dikembangkan, termasuk orang-orangnya seperti Bill Gates dan Elon Musk. Tapi tidak dari situ saja sumber inspirasi Royyan. Dia juga berkata bahwa orang tuanya menjadi inspirasi terbesar dalam hidupnya. Memiliki ibu seorang dosen, yang juga aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, seperti keanggotaan pada LSM pengadaan air bersih di desa-desa, merupakan alasan Royyan melakukan apa yang dia lakukan sekarang.

“Kita harus menjadi bermanfaat untuk orang lain,” tegas Royyan. Dan untuk dapat melakukan itu, Royyan mengatakan bahwa kita harus dapat menggabungkan empati dan teknologi menjadi satu. Kita harus menjadi orang yang peka, bukan orang yang “sotoy” seperti yang ada dalam buku “The Innovator's Dilemma” oleh Clayton Christensen di mana banyak innovator yang tidak memahami mengapa mereka mengembangkan apa yang mereka buat.

Royyan pun juga mewanti-wanti jika empati itu tidak hanya sekedar hati ikut sedih melihat keadaan orang lain. Tapi kita harus mampu mengeksplorasi masalah tersebut lebih dalam. Caranya adalah melalui melakukan extra miles atau hal-hal yang lebih. “What’s more to what I’m doing.” Dan siap untuk belajar hal-hal baru. Ketika kita terjebak dengan rutinitas, kita pun akan menjadi stagnan dan tidak dapat berkontribusi lebih besar.

Serba-Serbi Skotlandia

Berbicara mengenai kegiatan di Skotlandia, sebagai seorang drone pilot, Royyan sering menerbangkan drone dan mengambil footage di sana. Selain itu dia juga bercerita bahwa ada beberapa kultur yang sebenarnya bisa dibawa ke Indonesia, seperti menjadi lebih punctual dan to the point. Dia juga menceritakan Hacklab, sebuah open workshop yang bisa diakses semua orang lengkap dengan alat-alat yang dibutuhkan. Ini juga menjadi hal yang bisa dibawa ke Indonesia. “Dengan keluar negeri, ternyata banyak masalah/solusi yang ternyata tidak kita ketahui.”

Untuk menyelesaikan masalah yang beragam, Royyan menempuh beberapa cara. Pertama dengan mencari teknologi baru. Yang kedua adalah berkonsultasi dengan dosen-dosen yang ahli di bidangnya. “Ketika kita ingin membuat impact yang lebih luas, kita harus dapat mundur ke belakang.” Mengambil satu langkah ke belakang untuk dapat melihat gambar besarnya itu penting. Dan satu aspek yang penting lagi adalah untuk tidak nyaman dengan status quo. Mendeskripsikan dirinya dalam 3 kata dengan IoT, Drone, dan Ghibli, Royyan mengakhiri perbincangan dengan memberi pesan untuk tidak menyempitkan peran kita. Karena jika kita hanya memberikan satu peran dalam hidup kita, ketika peran tersebut tidak dapat tercapai, maka kita akan kebingungan karena tidak memiliki peran lain.

Simak cerita lengkapnya di episode #StoriesWorthTelling - Bulls Eyes ini!

Baca Juga

(A.F)